Perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan sudah dilakukan sejak sebelum abad XIX. Namun, perjuangan yang dilakukan ketika itu masih bersifat perang otot dan senjata.
Sesudah Pemerintah Hindia Belanda memberlakukan politik etis yang memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan barat, maka terjadi perubahan di dalam mendapatkan kemerdekaan. Cara untuk meraih kemerdekaan berubah, bukan lagi dengan senjata tetapi dengan cara intelektual.
Pemuda-pemuda berkumpul dan menghimpun pasukan untuk berjuang menghapus penjajahan secara bersama-sama. Perhimpunan pemuda telah mulai nampak sejak tahun 1908. Di tahun ini, organisasi Budi Utomo berdiri.
Perkumpulan para pelajar bukanlah merupakan hal yang baru terjadi di tahun 1928, tetapi mereka telah mulai membentuk perhimpunan sejak Budi Utomo didirikan. Peristiwa Sumpah Pemuda adalah kelanjutan dari perjuangan tahun 1908.
Berikutnya, perjuangan terus berlangsung dengan timbulnya organisasi-organisasi pemuda di beragam daerah di Indonesia. Sebagai puncaknya, pada 15 November 1925 diselenggarakan pertemuan yang dihadiri oleh Soemarto, Mohammad Tabrani, dan perhimpunan pemuda dari berbagai daerah. Nah, pertemuan inilah yang melahirkan Kongres Pemuda Indonesia I.
Kongres Sumpah Pemuda I
Kongres ini terjadi pada 30 April - 2 Mei 1926 yang bertempat di Katholieke Jongenlingen Bond (sekarang ini bernama Lapangan Banteng). Kongres ini menghasilkan gagasan untuk menyatukan seluruh organisasi pemuda dan hal-hal yang dapat memperkuat persatuan adalah dengan 5 faktor, yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Kongres Sumpah Pemuda II
Kongres ini terjadi pada 27 Oktober 1928 yang berlokasi di Oost-Java Bioscoop. Bahasannya mengenai masalah pendidikan bahwa seorang anak mesti memperoleh pendidikan dan dididik secara demokratis.
Kongres Sumpah Pemuda III
Kongres ini terjadi pada 28 Oktober 1928 di Indonesische Huis (Museum Sumpah Pemuda). Pada kongres yang ke-tiga ini ikrar Sumpah Pemuda yang dibuat oleh Mohammad Yamin dibacakan dan lagu kebangsaan Indonesia Raya karya W.R. Supratman diperdengarkan kepada para peserta kongres untuk pertama kalinya.
إرسال تعليق